Kata Pengantar
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan karunia dan rahmatnya sehingga makalah ini dapat
terselesaikan. Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas softskill bahasa
Indonesia saya yang berjudul Perkembangan
Meningkatnya Kondisi Bisnis Dan Ekonomi konsumen Dimasa Depan .
. Karena terbatasnya ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh
penulis maka makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun sangat di perlukan penulis.
Tidak lupa penulis juga menyampaikan terima kasih
kepada pihak pihak yang sudah membantu dalam penyusunan makalah ini sehingga
makalah ini dapat selesai. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini
bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejauh ini kondisi
bisnis dan kondisi ekonomi konsumen dapat dirasakan telah mengalami peningkatan
yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi diindonesia disini dapat dilihat
dengan semakin meningkatnya kondisi bisnis dan ekonomi konsumen yang terus
meningkat disejumlah daerah-daerah diseluruh Indonesia Oleh karena masalah itu
penulis memutuskan untuk mengambil judul. Perkembangan Meningkatnya Kondisi Bisnis Dan Ekonomi konsumen Dimasa Depan
.
1.2 Permasalahan
Apakah kondisi bisnis dan kondisi ekonomi konsumen akan terus
mengalami peningkatan dimasa depan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui peningkatan kondisi bisnis dan kondisi ekonomi
konsumen di indonesia.
2. Untuk memperkirakan kondisi bisnis dan
ekonomi konsumen dimasa depan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kondisi Bisnis (ITB) Triwulan I-2013
Secara umum kondisi
bisnis di Indonesia pada triwulan I-2013 meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya dengan nilai ITB sebesar 102,34. Tingkat optimisme pelaku bisnis dalam melihat potensi bisnis
triwulan I-2013 di Indonesia lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya
(nilai ITB sebesar 105,29).
Peningkatan kondisi
bisnis pada triwulan I-2013 tertinggi terjadi pada pada Sektor Pertanian, Peternakan,
Kehutanan, dan Perikanan (nilai ITB sebesar 112,26). Sektor lainnya yang
mengalami peningkatan bisnis adalah Pertambangan dan Penggalian (nilai ITB
sebesar 103,19), Pengangkutan dan Komunikasi (nilai ITB sebesar 105,16), serta
Sektor Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan (nilai ITB sebesar 108,72).
Sementara, sektor-sektor yang mengalami penurunan antara lain: Industri Pengolahan
(nilai ITB sebesar 98,96); Jasa-jasa (nilai ITB sebesar 98,42); Konstruksi
(nilai ITB sebesar98,84); serta sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (nilai
ITB sebesar 99,54); dan penurunan palingtinggi terjadi pada Sektor Listrik,
Gas, dan Air Bersih (nilai ITB sebesar 96,01). Dilihat berdasarkan variabel
pembentuknya, peningkatan kondisi bisnis pada triwulan I-2013 terjadi karena
adanya peningkatan penggunaan kapasitas produksi/usaha (nilai indeks sebesar
103,82) dan pendapatan usaha (nilai indeks sebesar 101,42). Sedangkan rata-rata
jumlah jam kerja relatifstagnan (nilai indeks sebesar 100,21). Peningkatan
tertinggi untuk penggunaan kapasitas produksi/usaha terjadi pada Sektor
Pengangkutan dan Komunikasi (nilai indeks sebesar 114,29), sebaliknya penurunan
terjadi pada Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih (nilai indeks sebesar 95,16).
2.1.1
Perkiraan kondisi Bisnis (ITB) Triwulan II-2013
Nilai ITB triwulan II-2013
diperkirakan sebesar 106,27, artinya secara umum kondisi bisnis pada triwulan
II-2013 diperkirakan akan meningkat dibandingkan triwulan I-2013. Tingkat optimism
pelaku bisnis dalam melihat potensi bisnis pada triwulan II-2013 diperkirakan
lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2013. Seluruh sektor ekonomi diperkirakan
mengalami peningkatan kondisi bisnis pada triwulan II-2013. Sektor Industri Pengolahan
diperkirakan mengalami peningkatan bisnis tertinggi dengan nilai indeks sebesar
110,98. Dilihat berdasarkan variabel pembentuknya, peningkatan kondisi bisnis
pada triwulan II-2013 diperkirakan terjadi karena adanya peningkatan harga jual
produk (nilai indeks sebesar 107,55), order dalam negeri (nilai indeks sebesar
107,23), order barang input (nilai indeks sebesar 106,15), dan order dari luar
negeri (nilai indeks sebesar 101,84). Peningkatan tertinggi untuk harga jual
produk diperkirakan terjadi pada Sektor Industri Pengolahan (nilai indeks
sebesar 122,73), sebaliknya penurunan terjadi pada Sektor Pertanian,
Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan (nilai indeks sebesar 96,19).
2.2
KONDISI EKONOMI KONSUMEN
2.2.1
Penjelasan Umum
Indeks Tendensi Konsumen (ITK)
adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang dihasilkanBadan Pusat
Statistik melalui Survei Tendensi Konsumen (STK). ITK merupakan indeks yangmenggambarkan
kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan dan perkiraan pada triwulanmendatang.
Sebelum triwulan I-2011, BPS hanya melaksanakan STK di wilayah Jabodetabek,
tetapi sejak triwulan I-2011 pelaksanaan STK diperluas di seluruh provinsi.
Jumlah sampel pada Triwulan I-2013 sebanyak 12.717 rumah tangga. Responden STK
merupakan subsampel dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) khusus di
daerah perkotaan. Pemilihan sampel dilakukan secara panel antar triwulan untuk
memperoleh gambaran yang lebih akurat mengenai perubahan persepsi konsumen antar
waktu. Dengan adanya perluasan sampel, nilai ITK dapat disajikan sampai level
provinsi. Upaya ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan data yang semakin
beragam hingga tingkat regional (spasial antar provinsi).
2.2.2
Kondisi Ekonomi Konsumen Triwulan I-2013
Indeks Tendensi Konsumen (ITK) nasional pada
triwulan I-2013 sebesar 104,70 artinya kondisi ekonomi konsumen meningkat dari
triwulan sebelumnya. Tingkat optimisme konsumen turun dibandingkan triwulan
sebelumnya (nilai ITK sebesar 108,63). Membaiknya kondisi ekonomi konsumen
didorong oleh peningkatan pendapatan dan rendahnya pengaruh inflasi terhadap
tingkat konsumsi. Sedangkan tingkat konsumsi bahan makanan, makanan jadi di
restoran/rumah makan, dan bukan makanan relatif tidak mengalami perubahan. Perbaikan
kondisi ekonomi konsumen di tingkat nasional terjadi karena ada peningkatan
kondisi ekonomi konsumen di semua provinsi (33 provinsi), dimana 17 provinsi
diantaranya (51,52 persen) memiliki nilai indeks di atas nasional. Provinsi
yang memiliki nilai ITK tertinggi adalah Banten (nilai ITK sebesar 108,34).
Sebaliknya, Provinsi Nusa Tenggara Timur tercatat memiliki nilai ITK terendah,
yaitu sebesar 101,53.
2.2.3
Perkiraan Ekonomi Konsumen (ITK)
Triwulan II-2013
Nilai ITK nasional pada triwulan
II-2013 diperkirakan sebesar 108,82, artinya kondisi ekonomi konsumen
diperkirakan akan membaik. Tingkat optimisme konsumen diperkirakan akan lebih
tinggi dibandingkan triwulan I-2013 (nilai ITK sebesar 104,70). Perkiraan
membaiknya kondisi ekonomi konsumen pada triwulan II-2013 didorong oleh
peningkatan pendapatan rumah tangga mendatang (nilai indeks sebesar 110,34) dan
rencana pembelian barang tahan lama, rekreasi, dan pesta/hajatan (nilai indeks
sebesar 106,08). Perkiraan membaiknya kondisi ekonomi konsumen pada triwulan
II-2013 terjadi di semua provinsi di Indonesia (33 provinsi), dimana 14
provinsi diantaranya (42,42 persen) memiliki nilai indeks di atas nasional.
Tiga provinsi yang memiliki perkiraan nilai ITK tinggi adalah Bali (nilai ITK
sebesar 114,34), Kalimantan Timur (nilai ITK sebesar 111,68), dan DKI Jakarta
(nilai ITK sebesar 111,61). Sebaliknya, tiga provinsi yang memiliki perkiraan
nilai ITK rendah adalah Nusa Tenggara Timur (nilai ITK sebesar 105,76), Papua
(nilai ITK sebesar 105,99), dan Aceh (nilai ITK sebesar 106,62). Perkiraan nilai
ITK triwulan II-2013 tingkat nasional dan provinsi
Kesimpulan
Jadi dilihat berdasarkan variabel
pembentuknya, peningkatan kondisi bisnis pada triwulan II-2013 diperkirakan
terjadi karena adanya peningkatan harga jual produk (nilai indeks sebesar
107,55), order dalam negeri (nilai indeks sebesar 107,23), order barang input
(nilai indeks sebesar 106,15), dan order dari luar negeri (nilai indeks sebesar
101,84). Peningkatan tertinggi untuk harga jual produk diperkirakan terjadi pada
Sektor Industri Pengolahan (nilai indeks sebesar 122,73), sebaliknya penurunan
terjadi pada Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan (nilai
indeks sebesar 96,19).dan Perkiraan membaiknya kondisi ekonomi konsumen pada
triwulan II-2013 terjadi di semua provinsi di Indonesia (33 provinsi), dimana
14 provinsi diantaranya (42,42 persen) memiliki nilai indeks di atas nasional.
Tiga provinsi yang memiliki perkiraan nilai ITK tinggi adalah Bali (nilai ITK sebesar
114,34), Kalimantan Timur (nilai ITK sebesar 111,68), dan DKI Jakarta (nilai
ITK sebesar 111,61). Sebaliknya, tiga provinsi yang memiliki perkiraan nilai
ITK rendah adalah Nusa Tenggara Timur (nilai ITK sebesar 105,76), Papua (nilai
ITK sebesar 105,99), dan Aceh (nilai ITK sebesar 106,62).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar