Kamis, 09 Mei 2013

Perkembangan Meningkatnya Kondisi Bisnis Dan Ekonomi konsumen Dimasa Depan


Kata Pengantar
    Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan karunia dan rahmatnya sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas softskill bahasa Indonesia saya yang berjudul Perkembangan Meningkatnya Kondisi Bisnis Dan Ekonomi konsumen Dimasa Depan .
.  Karena terbatasnya ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh penulis maka makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat di perlukan penulis.
   Tidak lupa penulis juga menyampaikan terima kasih kepada pihak pihak yang sudah membantu dalam penyusunan makalah ini sehingga makalah ini dapat selesai. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.



BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Sejauh ini kondisi bisnis dan kondisi ekonomi konsumen dapat dirasakan telah mengalami peningkatan yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi diindonesia disini dapat dilihat dengan semakin meningkatnya kondisi bisnis dan ekonomi konsumen yang terus meningkat disejumlah daerah-daerah diseluruh Indonesia Oleh karena masalah itu penulis memutuskan untuk mengambil judul. Perkembangan Meningkatnya Kondisi Bisnis Dan Ekonomi konsumen Dimasa Depan .

1.2 Permasalahan
Apakah kondisi bisnis dan kondisi ekonomi konsumen akan terus mengalami peningkatan dimasa depan?
1.3 Tujuan
1.      Untuk mengetahui peningkatan kondisi bisnis dan kondisi ekonomi konsumen di indonesia.
2.      Untuk memperkirakan kondisi bisnis dan ekonomi konsumen dimasa depan







BAB II

PEMBAHASAN


2.1 Kondisi Bisnis (ITB) Triwulan I-2013
Secara umum kondisi bisnis di Indonesia pada triwulan I-2013 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya dengan nilai ITB sebesar 102,34. Tingkat optimisme pelaku bisnis dalam melihat potensi bisnis triwulan I-2013 di Indonesia lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (nilai ITB sebesar 105,29).
Peningkatan kondisi bisnis pada triwulan I-2013 tertinggi terjadi pada pada Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan (nilai ITB sebesar 112,26). Sektor lainnya yang mengalami peningkatan bisnis adalah Pertambangan dan Penggalian (nilai ITB sebesar 103,19), Pengangkutan dan Komunikasi (nilai ITB sebesar 105,16), serta Sektor Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan (nilai ITB sebesar 108,72). Sementara, sektor-sektor yang mengalami penurunan antara lain: Industri Pengolahan (nilai ITB sebesar 98,96); Jasa-jasa (nilai ITB sebesar 98,42); Konstruksi (nilai ITB sebesar98,84); serta sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (nilai ITB sebesar 99,54); dan penurunan palingtinggi terjadi pada Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih (nilai ITB sebesar 96,01). Dilihat berdasarkan variabel pembentuknya, peningkatan kondisi bisnis pada triwulan I-2013 terjadi karena adanya peningkatan penggunaan kapasitas produksi/usaha (nilai indeks sebesar 103,82) dan pendapatan usaha (nilai indeks sebesar 101,42). Sedangkan rata-rata jumlah jam kerja relatifstagnan (nilai indeks sebesar 100,21). Peningkatan tertinggi untuk penggunaan kapasitas produksi/usaha terjadi pada Sektor Pengangkutan dan Komunikasi (nilai indeks sebesar 114,29), sebaliknya penurunan terjadi pada Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih (nilai indeks sebesar 95,16).


2.1.1 Perkiraan kondisi Bisnis (ITB) Triwulan II-2013
Nilai ITB triwulan II-2013 diperkirakan sebesar 106,27, artinya secara umum kondisi bisnis pada triwulan II-2013 diperkirakan akan meningkat dibandingkan triwulan I-2013. Tingkat optimism pelaku bisnis dalam melihat potensi bisnis pada triwulan II-2013 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2013. Seluruh sektor ekonomi diperkirakan mengalami peningkatan kondisi bisnis pada triwulan II-2013. Sektor Industri Pengolahan diperkirakan mengalami peningkatan bisnis tertinggi dengan nilai indeks sebesar 110,98. Dilihat berdasarkan variabel pembentuknya, peningkatan kondisi bisnis pada triwulan II-2013 diperkirakan terjadi karena adanya peningkatan harga jual produk (nilai indeks sebesar 107,55), order dalam negeri (nilai indeks sebesar 107,23), order barang input (nilai indeks sebesar 106,15), dan order dari luar negeri (nilai indeks sebesar 101,84). Peningkatan tertinggi untuk harga jual produk diperkirakan terjadi pada Sektor Industri Pengolahan (nilai indeks sebesar 122,73), sebaliknya penurunan terjadi pada Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan (nilai indeks sebesar 96,19).

2.2 KONDISI EKONOMI KONSUMEN
2.2.1 Penjelasan Umum
Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang dihasilkanBadan Pusat Statistik melalui Survei Tendensi Konsumen (STK). ITK merupakan indeks yangmenggambarkan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan dan perkiraan pada triwulanmendatang. Sebelum triwulan I-2011, BPS hanya melaksanakan STK di wilayah Jabodetabek, tetapi sejak triwulan I-2011 pelaksanaan STK diperluas di seluruh provinsi. Jumlah sampel pada Triwulan I-2013 sebanyak 12.717 rumah tangga. Responden STK merupakan subsampel dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) khusus di daerah perkotaan. Pemilihan sampel dilakukan secara panel antar triwulan untuk memperoleh gambaran yang lebih akurat mengenai perubahan persepsi konsumen antar waktu. Dengan adanya perluasan sampel, nilai ITK dapat disajikan sampai level provinsi. Upaya ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan data yang semakin beragam hingga tingkat regional (spasial antar provinsi).

2.2.2 Kondisi Ekonomi Konsumen Triwulan I-2013
 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) nasional pada triwulan I-2013 sebesar 104,70 artinya kondisi ekonomi konsumen meningkat dari triwulan sebelumnya. Tingkat optimisme konsumen turun dibandingkan triwulan sebelumnya (nilai ITK sebesar 108,63). Membaiknya kondisi ekonomi konsumen didorong oleh peningkatan pendapatan dan rendahnya pengaruh inflasi terhadap tingkat konsumsi. Sedangkan tingkat konsumsi bahan makanan, makanan jadi di restoran/rumah makan, dan bukan makanan relatif tidak mengalami perubahan. Perbaikan kondisi ekonomi konsumen di tingkat nasional terjadi karena ada peningkatan kondisi ekonomi konsumen di semua provinsi (33 provinsi), dimana 17 provinsi diantaranya (51,52 persen) memiliki nilai indeks di atas nasional. Provinsi yang memiliki nilai ITK tertinggi adalah Banten (nilai ITK sebesar 108,34). Sebaliknya, Provinsi Nusa Tenggara Timur tercatat memiliki nilai ITK terendah, yaitu sebesar 101,53.


2.2.3 Perkiraan Ekonomi  Konsumen (ITK) Triwulan II-2013
Nilai ITK nasional pada triwulan II-2013 diperkirakan sebesar 108,82, artinya kondisi ekonomi konsumen diperkirakan akan membaik. Tingkat optimisme konsumen diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2013 (nilai ITK sebesar 104,70). Perkiraan membaiknya kondisi ekonomi konsumen pada triwulan II-2013 didorong oleh peningkatan pendapatan rumah tangga mendatang (nilai indeks sebesar 110,34) dan rencana pembelian barang tahan lama, rekreasi, dan pesta/hajatan (nilai indeks sebesar 106,08). Perkiraan membaiknya kondisi ekonomi konsumen pada triwulan II-2013 terjadi di semua provinsi di Indonesia (33 provinsi), dimana 14 provinsi diantaranya (42,42 persen) memiliki nilai indeks di atas nasional. Tiga provinsi yang memiliki perkiraan nilai ITK tinggi adalah Bali (nilai ITK sebesar 114,34), Kalimantan Timur (nilai ITK sebesar 111,68), dan DKI Jakarta (nilai ITK sebesar 111,61). Sebaliknya, tiga provinsi yang memiliki perkiraan nilai ITK rendah adalah Nusa Tenggara Timur (nilai ITK sebesar 105,76), Papua (nilai ITK sebesar 105,99), dan Aceh (nilai ITK sebesar 106,62). Perkiraan nilai ITK triwulan II-2013 tingkat nasional dan provinsi

Kesimpulan
Jadi dilihat berdasarkan variabel pembentuknya, peningkatan kondisi bisnis pada triwulan II-2013 diperkirakan terjadi karena adanya peningkatan harga jual produk (nilai indeks sebesar 107,55), order dalam negeri (nilai indeks sebesar 107,23), order barang input (nilai indeks sebesar 106,15), dan order dari luar negeri (nilai indeks sebesar 101,84). Peningkatan tertinggi untuk harga jual produk diperkirakan terjadi pada Sektor Industri Pengolahan (nilai indeks sebesar 122,73), sebaliknya penurunan terjadi pada Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan (nilai indeks sebesar 96,19).dan Perkiraan membaiknya kondisi ekonomi konsumen pada triwulan II-2013 terjadi di semua provinsi di Indonesia (33 provinsi), dimana 14 provinsi diantaranya (42,42 persen) memiliki nilai indeks di atas nasional. Tiga provinsi yang memiliki perkiraan nilai ITK tinggi adalah Bali (nilai ITK sebesar 114,34), Kalimantan Timur (nilai ITK sebesar 111,68), dan DKI Jakarta (nilai ITK sebesar 111,61). Sebaliknya, tiga provinsi yang memiliki perkiraan nilai ITK rendah adalah Nusa Tenggara Timur (nilai ITK sebesar 105,76), Papua (nilai ITK sebesar 105,99), dan Aceh (nilai ITK sebesar 106,62).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar